harga gila

koran harga rumah
sumber: http://jogja.tribunnews.com/2014/03/24/harga-gila-rumah-di-yogya/

Ah.. artikel koran ini sungguh menggambarkan suara hatiku 🙂
“Hampir gila” kami cari rumah yang terjangkau dan lokasi yang tidak jauh dari kota. Pening liat brosur perumahan. Beneran deh. Harganya itu lhoh.. Dapet brosur harga murah tapi jauhnya banget.
Emang bener ya teori lokasi itu. Lokasi itu faktor penting. Lokasi favorit harga selangit.

Yogyakarta tidak cuma terkenal karena pendidikannya tapi juga karena pariwisata. Nggak heran, bisnis properti banyak tumbuh di sana. Dalam setahun, bisa puluhan hotel dan perumahan yang dibangun.
Pertanyaannya: siapa yang beli? Ntahlah. Saya ga punya data resminya.

Katanya harga rumahnya termahal kedua setelah Bali, sebelum Jakarta di lokasi strategis.
Yogyakarta dibandingkan dengan Bali dan Jakarta. Coba saya kasih data resmi BPS ya. Indikator yang saya pakai hanya PDRB per kapita dan Tingkat kemiskinan.
PDRB per kapita biasa digunakan sebagai pendekatan kesejahteraan penduduk di suatu wilayah, semakin tinggi tentu semakin sejahtera penduduknya. PDRB sendiri merupakan pendapatan dinikmati oleh penduduk suatu wilayah dengan seluruh kemampuan sumber dayanya. Per kapita artinya per penduduk. Jadi PDRB per kapita menunjukkan rata-rata nilai pendapatan setiap penduduk, termasuk bayi dan manula.

perbandingan pendapatan 4
sumber: bps diy, bps bali, bps dki jakarta

Berdasarkan data BPS tahun 2012 tersebut, yang terbaik adalah DKI Jakarta lalu Bali, setelah itu baru Yogyakarta. DKI Jakarta tiada tandingnya lah. Kalo Yogyakarta tentu saja pendapatan per kapitanya relatif kecil karena sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian dan perdagangan.

Nah kalo begitu kenapa harga tanah di Yogya relatif mahal?
INVESTASI
Yogyakarta dikenal sebagai daerah yang nyaman untuk ditinggali. Fasilitas pendidikan banyak dan tidak perlu diragukan kualitasnya. Fasilitas kesehatan relatif bagus. Fasilitas penunjang lainnya juga tersedia. Oleh karena itu, Yogyakarta masih menjadi favorit orangtua untuk menyekolahkan anaknya atau untuk pensiunan yang ingin leyeh2 enak.
Oleh karena itu, punya rumah di Yogya itu investasi wajib. Bisa buat tinggal kalo anaknya sekolah nanti ataupun tempat untu menghabiskan masa tua. Makanya bisnis properti di Yogya relatif tumbuh.
Siapa yang beli? Sedikit banyak bukan orang yang tinggal di Yogya (tinggal sehari2 dan bekerja yah). Banyak kok rumah2 yang kosong karena memang pemiliknya tidak tinggal di Yogya. Akhirnya cuma dikontrakkan atau dijadikan bisnis kos-kosan. Mereka ini relatif cukup berada sehingga mampu membeli dengan harga yang relatif mahal. Lha dengan harga yang relatif sama dengan Jakarta tapi bisa dapat lingkungan yang lebih nyaman. Coba siapa yang tidak tertarik?

Tapiiii… dampaknya adalah “tersingkir”nya warga asli Yogya. Mereka harus punya banyak uang untuk membeli rumah. Dengan pendapatan yang relatif lebih sedikit daripada pendapatan di kota besar lainnya, maka punya rumah cukup menjadi pe-er besar bagi sebagian warganya. Punya rumahnya juga harus di pinggir2, jauh dari fasilitas2 umum/sosial yang berkualitas. Mo ke mana2 kudu macet bersama sesama warga pinggiran lainnya.
Harga tanah di pinggiran Sleman mulai 1,5 jt/m. Harga rumah di pinggiran Sleman kisarannya mulai dari 350 juta. Ini beneran pinggir luar ya. Bukan pinggiran yang mepet dengan daerah Kota Yogyakarta.

Saya belum bisa membayangkan apa jadinya Yogyakarta 10 tahun ke depan. Macet, banyak perumahan, semakin banyak daerah tergenang di musim hujan. Apakah masih nyaman untuk ditinggali? Mungkin tidak.

Bukannya saya tidak ingin Yogya maju. Tapi semoga kemajuan Yogya tidak melindas warga asli. Warga yang tetap menjaga kearifan lokalnya untuk menghadapi kemajuan jaman.

4 pemikiran pada “harga gila

    1. ih di sini juga banyak mb fit yg hrg segitu. padahal cm cluster kecil tnp fasilitas, lokasinya juga biasa aj, bkn yg favorit.
      gile bener yak harga2 skr. pusiangggggg!!!!

Tinggalkan Balasan ke leeca Batalkan balasan